Tetap [Berharap]
dulu kala...
seribu senyuman selalu di limpahkan pada Si Jingga,
tak kunjung lelah tuk hibur dirinya...
tak kunjung lelah tuk hibur dirinya...
sekarang...
memang egois !
tak suka kalian berjalan dinamis sendirian
pergi tak pernah menoleh
aku memang bodoh tak pernah mau belajar kehilangan
mengelak itu tak mungkin, tak mungkin terjadi !!!
sejak awal ku sudah tau...
kalian hanya sedang singgah dari lompatan-lompatan besar berikutnya,
tapi aku masih linglung karena kalian benar-benar pergi.
kemana kalian?
kini esensi tercerai berai .
eksistensi akankah berakhir ???
bingung Si Jingga itu harus ku apakan?
apakah ia sebaiknya diberikan kepada yang berhak?
tapi menurutku tak ada yang lebih paham !
tak ada yang lebih sayang !
tak ada yang lebih mencintai dia selain yang sudah membesarkannya.
dia tak bisa menangis.
tak bisa berteriak.
tak bisa merengek.
tapi bisakah kalian rasakan saat ini dia sedang terombang-ambing ?
tersesat tak tau mau kemana.
padahal Si Jingga itu harus mengejar waktu sebelum waktu membunuhnya,
atau ia mati bukan karena waktu, tapi karena keluarganya.
yang merelakannya pada orang yang tak pernah paham siapa Jingga itu
pasrah oleh subjektifitas !
kalaupun ia hidup hanya nama yang ada,
jiwanya akan tidur dan digantikan sang putri cantik baru.
kuharap kalian tidak menutup telinga, tidak pura-pura buta
coba kalian rasakan kini warnanya sudah semakin pudar
tidak sepekat yang lalu
karena Si Jingga itu rindu kalian yang tertawa riang bersamanya
dia yang kini mati suri di kebun hijau...
tak suka kalian berjalan dinamis sendirian
pergi tak pernah menoleh
aku memang bodoh tak pernah mau belajar kehilangan
mengelak itu tak mungkin, tak mungkin terjadi !!!
sejak awal ku sudah tau...
kalian hanya sedang singgah dari lompatan-lompatan besar berikutnya,
tapi aku masih linglung karena kalian benar-benar pergi.
kemana kalian?
kini esensi tercerai berai .
eksistensi akankah berakhir ???
bingung Si Jingga itu harus ku apakan?
apakah ia sebaiknya diberikan kepada yang berhak?
tapi menurutku tak ada yang lebih paham !
tak ada yang lebih sayang !
tak ada yang lebih mencintai dia selain yang sudah membesarkannya.
dia tak bisa menangis.
tak bisa berteriak.
tak bisa merengek.
tapi bisakah kalian rasakan saat ini dia sedang terombang-ambing ?
tersesat tak tau mau kemana.
padahal Si Jingga itu harus mengejar waktu sebelum waktu membunuhnya,
atau ia mati bukan karena waktu, tapi karena keluarganya.
yang merelakannya pada orang yang tak pernah paham siapa Jingga itu
pasrah oleh subjektifitas !
kalaupun ia hidup hanya nama yang ada,
jiwanya akan tidur dan digantikan sang putri cantik baru.
kuharap kalian tidak menutup telinga, tidak pura-pura buta
coba kalian rasakan kini warnanya sudah semakin pudar
tidak sepekat yang lalu
karena Si Jingga itu rindu kalian yang tertawa riang bersamanya
dia yang kini mati suri di kebun hijau...
masa depan...
aku tetap berharap
ada atau tanpa siapa pun,
kalian tetap jadi neraca yang seimbang...
karena ku tau jejaknya tetap terpahat utuh di diri kalian...
ada atau tanpa siapa pun,
kalian tetap jadi neraca yang seimbang...
karena ku tau jejaknya tetap terpahat utuh di diri kalian...
0 komentar:
Posting Komentar