Semua Bosan Berakhir Dengan JENUH !
Akhir-akhir ini kepala aku rasanya muteeerr muter kemana-mana. Mungkin inti permasalahannya adalah titik jenuh aku mulai tercapai. Udah hampir belasan tahun aku menjalani hidup yang bisa dibilang stagnan. Sama seperti kecapekan aku mengeluh bahwa aku lelah, sekarang aku bosan mengeluh bahwa aku jenuh. Tapi apa daya? Emang aku JENUH.
Parah parah parah. Jenuh jenuh jenuh.
Kira-kira setahun ini aku mulai merasa geraaah dengan kehidupan aku yang nggak kemana-mana ini. Masalah dengan comfort zone selalu: bikin gak pengen keluar. Aku inget apa kata Ayu waktu aku ngobrol-ngobrol di malam dapur itu:
“Susahnya dengan comfort zone itu adalah kamu kayak kodok yang dimasukin ke air hangat yang kemudian dipanasin pelan-pelan. Kalo langsung panas, dia pasti langsung loncat keluar. Tapi kalo dipanasin pelan-pelan, kodok itu akan merasa nyaman, menyesuaikan suhu tubuhnya dengan panasnya air, dan tanpa sadar tau-tau dia udah mati kerebus.”
Aduh, jangan-jangan aku lagi kerebus hidup-hidup!
Aku gak tau juga kenapa akhir-akhir ini perumpamaan yang aku pakai hampir berputar di kisaran ke-kodok/katak-an (I know, kodok dan katak are two different types of the same gross animals). Baru tadi pagi aku beneran merasa kayak aku akhirnya kembali lagi jadi katak dalam tempurung.
Sepertinya aku terlalu banyak berkutat dalam lingkup kecil kehidupan aku sampai-sampai I am missing out on what happen outside my pathetic little world.
Hampir setiap hari aku kebangun dengan pikiran yang sama: I need to get out. I need to get out! Tapi lagi-lagi bukannya aku berusaha membuat perubahan yang signifikan, aku malah memaksa diri untuk sibuk dalam hal-hal yang superficial, drama-drama kehidupan yang mungkin aku karang-karang sendiri, kegiatan-kegiatan yang terasa mendesak padahal tidak penting. Lalu malam harinya aku tertidur dengan false sense of complacency yang bilang: I’ve done something today.
But have I?
Pertanyaan itu keluar karena nggak mungkin aku sudah melakukan sesuatu yang (benar-benar) berarti kalau besoknya aku kembali terbangun dengan perasaan yang sama: bosan dan harus keluar sesegera mungkin dari kehidupan yang begini-begini aja.
Kenapa juga isi celoteh aku begini-begini aja, tiap kali mengeluhkan hal yang sama, ya lagi-lagi karna aku belum mendapatkan pemecahannya.
Dulu kayaknya ada orang bilang sama aku : when you detach yourself from your problems, put yourself outside the circle and look at it more objectively, just then maybe you’ll find enlightment dan finally able to solve them.
Selama ini kayaknya aku hanya mencari distraksi supaya aku tidak terlalu ingat atau sadar sama kejenuhan aku. Tapi distraksi tidak selalu mempan menghalau perasaan jenuh, nggak selalu bisa menyelesaikan masalah.
Kayaknya emang ini udah kronis banget kali ya. 1 years of being stuck. Gila. Gilaaaa! Iyah, mungkin bentar lagi bisa beneran gila kali kalo aku memaksakan untuk bertahan. Memang mungkin saatnya aku melihat ke gambaran yang lebih besarnya, ketimbang memfokuskan diri ke printilan yang makan waktu dan energi tapi gak menghasilkan apa-apa.
Mungkin sederhananya adalah aku butuh pelarian, liburan, suasana baru atau sejenisnya. Karna gimanapun aku masih ‘dikontrak’ untuk menyelesaikan 5 tahun (atau 4,5 setengah? AMIN!!) tanggung jawab aku di perkuliahan. Emang titik jenuh aku udah tercapai, tapi gak mungkin aku lari dari tanggung jawab yang satu ini. Jadi kemungkinannya aku emang cuma perlu untuk keluar sejenak.
Kemarin, Powpow menghujani aku dengan cerita-cerita mudiknya dia yang terasa aduhay parah di bekasi. Ya cerita tentang rumahnya, tentang ngobrol sampe pagi, tentang suasana yang asik. Dan aku rasanya mau meledak. Terhantui dengan kejenuhan aku yang makin menjadi.
It’s been awhile since my last fun holiday. Terakhir Malang dan Bali trip di liburan semester. Lalu hidup aku kembali berkutat dengan pola yang sama yang aku jalani selama hampir 1 tahun ini. Betul-betul bikin sinting. Dan hari ini, keresahan, kejenuhan, kegerahan, dan semua-semuanya makin membuncah. I no longer need to go out. I really need to get out of here.
Aku tahu banyak keterbatasan yang aku miliki untuk merealisasikan keinginan (atau sudah jadi kebutuhan?) aku ini. Mungkin ini saatnya aku beneran bikin perubahan di hidup aku : dengan mulai bikin rencana kehidupan!