Semua Bosan Berakhir Dengan JENUH !

Akhir-akhir ini kepala aku rasanya muteeerr muter kemana-mana. Mungkin inti permasalahannya adalah titik jenuh aku mulai tercapai. Udah hampir belasan tahun aku menjalani hidup yang bisa dibilang stagnan. Sama seperti kecapekan aku mengeluh bahwa aku lelah, sekarang aku bosan mengeluh bahwa aku jenuh. Tapi apa daya? Emang aku JENUH.
Parah parah parah. Jenuh jenuh jenuh.
Kira-kira setahun ini aku mulai merasa geraaah dengan kehidupan aku yang nggak kemana-mana ini. Masalah dengan comfort zone selalu: bikin gak pengen keluar. Aku inget apa kata Ayu waktu aku ngobrol-ngobrol di malam dapur itu:
“Susahnya dengan comfort zone itu adalah kamu kayak kodok yang dimasukin ke air hangat yang kemudian dipanasin pelan-pelan. Kalo langsung panas, dia pasti langsung loncat keluar. Tapi kalo dipanasin pelan-pelan, kodok itu akan merasa nyaman, menyesuaikan suhu tubuhnya dengan panasnya air, dan tanpa sadar tau-tau dia udah mati kerebus.”
Aduh, jangan-jangan aku lagi kerebus hidup-hidup!
Aku gak tau juga kenapa akhir-akhir ini perumpamaan yang aku pakai hampir berputar di kisaran ke-kodok/katak-an (I know, kodok dan katak are two different types of the same gross animals). Baru tadi pagi aku beneran merasa kayak aku akhirnya kembali lagi jadi katak dalam tempurung.
Sepertinya aku terlalu banyak berkutat dalam lingkup kecil kehidupan aku sampai-sampai I am missing out on what happen outside my pathetic little world.
Hampir setiap hari aku kebangun dengan pikiran yang sama: I need to get out. I need to get out! Tapi lagi-lagi bukannya aku berusaha membuat perubahan yang signifikan, aku malah memaksa diri untuk sibuk dalam hal-hal yang superficial, drama-drama kehidupan yang mungkin aku karang-karang sendiri, kegiatan-kegiatan yang terasa mendesak padahal tidak penting. Lalu malam harinya aku tertidur dengan false sense of complacency yang bilang: I’ve done something today.
But have I?
Pertanyaan itu keluar karena nggak mungkin aku sudah melakukan sesuatu yang (benar-benar) berarti kalau besoknya aku kembali terbangun dengan perasaan yang sama: bosan dan harus keluar sesegera mungkin dari kehidupan yang begini-begini aja.
Kenapa juga isi celoteh aku begini-begini aja, tiap kali mengeluhkan hal yang sama, ya lagi-lagi karna aku belum mendapatkan pemecahannya.
Dulu kayaknya ada orang bilang sama aku : when you detach yourself from your problems, put yourself outside the circle and look at it more objectively, just then maybe you’ll find enlightment dan finally able to solve them.
Selama ini kayaknya aku hanya mencari distraksi supaya aku tidak terlalu ingat atau sadar sama kejenuhan aku. Tapi distraksi tidak selalu mempan menghalau perasaan jenuh, nggak selalu bisa menyelesaikan masalah.
Kayaknya emang ini udah kronis banget kali ya. 1 years of being stuck. Gila. Gilaaaa! Iyah, mungkin bentar lagi bisa beneran gila kali kalo aku memaksakan untuk bertahan. Memang mungkin saatnya aku melihat ke gambaran yang lebih besarnya, ketimbang memfokuskan diri ke printilan yang makan waktu dan energi tapi gak menghasilkan apa-apa.
Mungkin sederhananya adalah aku butuh pelarian, liburan, suasana baru atau sejenisnya. Karna gimanapun aku masih ‘dikontrak’ untuk menyelesaikan 5 tahun (atau 4,5 setengah? AMIN!!) tanggung jawab aku di perkuliahan. Emang titik jenuh aku udah tercapai, tapi gak mungkin aku lari dari tanggung jawab yang satu ini. Jadi kemungkinannya aku emang cuma perlu untuk keluar sejenak.
Kemarin, Powpow menghujani aku dengan cerita-cerita mudiknya dia yang terasa aduhay parah di bekasi. Ya cerita tentang rumahnya, tentang ngobrol sampe pagi, tentang suasana yang asik. Dan aku rasanya mau meledak. Terhantui dengan kejenuhan aku yang makin menjadi.
It’s been awhile since my last fun holiday. Terakhir Malang dan Bali trip di liburan semester. Lalu hidup aku kembali berkutat dengan pola yang sama yang aku jalani selama hampir 1 tahun ini. Betul-betul bikin sinting. Dan hari ini, keresahan, kejenuhan, kegerahan, dan semua-semuanya makin membuncah. I no longer need to go out. I really need to get out of here.
Aku tahu banyak keterbatasan yang aku miliki untuk merealisasikan keinginan (atau sudah jadi kebutuhan?) aku ini. Mungkin ini saatnya aku beneran bikin perubahan di hidup aku : dengan mulai bikin rencana kehidupan!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Sepotong Kata Untuk " 8 "

Untuk " 8 " ku ,

Hai, apa kabar kalian disana? Aku tau kita bicara hampir setiap hari, tapi nggak ada salahnya kan sekali-kali aku menulis surat untuk kalian? Ya, aku sedang rindu. Rindu kalian. Aku harap disana baik-baik saja, aku harap disana semuanya sehat, aku harap disana kalian senang. Disini kabarku baik, disini aku sehat, dan disini aku senang.

Sudah sembilan bulan ya. Rasanya sudah lama sekali kita tidak bertemu. Aku lihat foto-foto kalian dengan teman-teman baru kalian. Aku senang melihatnya, aku senang kehidupan kalian diisi oleh wajah-wajah baru, pasti menyenangkan punya teman-teman baru. Pergi ke tempat-tempat baru. Sama seperti disini, aku juga punya lusinan teman baru yang ingin kukenalkan pada kalian. Kalau aku punya sayap, rasanya aku ingin terbang ke tempat kalian sekarang. Berkenalan dengan teman-teman baru kalian, pergi ke tempat tinggal kalian. Tapi berterima kasihlah pada bumi, kita tak punya sayap, karena kita jadi belajar menerima wajah-wajah baru, belajar berkawan dengan orang lain, belajar mempunyai banyak kehidupan, karena seberapa pun seringnya kita bicara virtual, kita tetap butuh orang lain yang nyata untuk tertawa bersama kita.

Kadang sedikit rasa takut muncul, ketika kulihat foto-foto profil kalian berganti, tanpa aku. Kadang aku takut, kau lupa aku dan aku lupa kau. Tapi lalu kulihat foto-foto kita dulu. Lusinan, puluhan, bahkan ratusan foto yang mengabadikan tawa kalian dan tawaku. Aku rindu tawa kalian, aku rindu canda kalian, aku rindu hari-hari yang kita lewati menggila di sekolah, di rumahku, di asrama, di tempat makan rujak kesukaan kita, di jalan-jalan tempat kita berseru-seru. Aku rindu celoteh kalian, mendengarkan gosip sampai masalah putus cinta, membahas film sampai politik.

Tapi kalau aku tulis semua yang kurindu, kurasa kertas ini tak akan cukup. Tapi surat ini tentang kita, tentang kalian dan aku. Jadi mari kita mengingat-ingat hal yang menyenangkan, daripada terus menambah baris untuk kata-kata rindu.

Nanti kalau aku pulang, aku sudah punya banyak deret antrian hal yang akan kulakukan. Pertama aku ingin ke tempat jualan mie kocok. Ingat kita makan mie kocok setelah pulang belanja bersama, keringetan basah kuyup dan muka lusuh sehabis aksi? Aku akan pesan mie kocok 2 porsi, biar aku puas. Aku juga pengen makan nasi goreng kesukaan kita semua. Kalian pasti mau menemaniku makan yang banyak kan?

Kita juga harus jalan-jalan untuk belanja bersama, mendatangi tempat-tempat yang belum pernah kita datangi. Aku juga kangen makan es krim dengan kalian,  penuh cokelat yang meleleh wew. Ditemani celoteh kalian, duduk di pinggir jendela besar menghadap jalan. Aku mau kalian cerita soal kuliah kalian, soal teman-teman baru kalian, soal lomba terbaru yang kalian ikuti, tentang gosip-gosip hijau damai. Malamnya kita nginap dan makan-makan di rumahku. Kita bisa liat bintang juga kalau cuacanya bagus. Dan sampai subuh kita bicara, digigiti semut dan kedingingan, tapi senang menikmati bulan bintang dan lampu Aceh di malam hari.

Jangan lupa kita ambil lusinan foto, biar nanti ketika aku kembali, aku bisa lihat-lihat lagi foto terbaru kita bersama. Kalian tau? Senyum-senyum kalian dalam foto yang menghibur dan menyemangati hari-hari burukku disini. Kalau aku mulai sedih dan kesepian, aku buka album-album kita, kutonton video-video kita, tiba-tiba aku semangat lagi. Seakan ada baterai cadangan yang baru dicharge dalam diriku. Peluk dan hangat kalian masih sangat terasa di punggungku, setelah jauh aku baru sadar, setengah isi hidupku adalah kalian, separuh hariku adalah kalian, setengah mimpiku adalah kalian, dan setengah hatiku adalah kalian. Dan betapa aku selalu merasa sangat beruntung memiliki orang-orang yang dapat kusebut sahabatku. Dan tiap malam aku berdoa, bukan hanya supaya Tuhan menjaga dan memelukmu erat, tapi supaya Tuhan menjaga tali-tali kehidupan tak kelihatan yang mengikat kita.

Aku harap kita punya waktu lebih banyak untuk bicara di telfon, tapi aku juga tahu kalian pasti sibuk dengan segudang aktivitas disana. Tapi mari berterimakasih pada pencipta situs-situs pertemanan dan para inisiator pesan-pesan instant, kita bisa bicara sering tanpa repot. Sampai jumpa agustus nanti. Aku yakin hari berlalu tak akan terlalu lama. akhir juli akan segera tiba, lalu aku akan pulang ke rumah bertemu kalian semua. Aku tak sabar segera memeluk kalian, tak sabar belanja oleh-oleh buat kalian nanti.

Baik-baik disana, sahabat-sahabatku. Aku tahu sekedar kata ‘aku kangen’ dan ‘aku rindu’ tak bermakna apapun. Terlalu banyak pun, kita jadi kehilangan makna. Aku bukan sedang rindu kalian, tapi aku sedang mengingat kita, menyemangati diri untuk hari-hari yang akan cukup sulit. Aku juga bukan ingin kalian rindu aku, tapi aku ingin kalian mengingat kita. Ingat bahwa kita punya lusinan kenangan yang indah, ingat bahwa kita pernah benar-benar menangis dan tertawa bersama, ingat bahwa kita akan dan selalu ada untuk satu sama lain.

Kau tau kawan? Hidup itu panjang dan persahabatan sama panjangnya dengan hidup. Dua tahun, empat tahun, enam tahun ini hanyalah sepotong bagian kecil dari hidup kita yang panjang, dan kita akan terus bersama sepanjang persahabatan kita, ketika aku dan kalian kembali, kita tetap akan punya banyak waktu untuk bersama-sama lagi. Karena aku yakin, masih akan ada banyak waktu untuk kita tertawa dan menangis berkali-kali lagi.

Karena aku lebih percaya pada bentuk cinta sahabat daripada bentuk cinta merah muda yang selalu berhasil menghancurkanku. Dan seperti kata seorang padaku, cinta adalah hasil dari sebuah perjalanan. Kurasa, kita sudah berjalan cukup jauh untuk aku dapat berkata,

Aku cinta kamu, sahabatku..
Peluk, cium, cinta dan rindu tak ada habis,

Ulya Safrina Maida
=====================================================

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

-Aku Hanya Seorang Perempuan Biasa

Kepada kamu yang menjadi pendampingku kelak ...

Terima kasih karena telah memilihku di antara ribuan bidadari di luar sana yang siap untuk kau pilih . Padahal kau begitu tahu begitu tahu, aku hanya perempuan biasa, yang sangat jauh dari sempurna . Karenanya ku ingin kau tau , aku bukan perempuan yang sempurna , aku begitu banyak kekurangan . maka ketahuilah !

Kepadamu yang akan memilihku kelak ...

Aku tak sebijak bunda Khadijah , karenanya ku ingin kau tau , aku bisa saja berbuat salah dan begitu membuatmu marah . maka ku mohon padamu , bijaklah dalam menghadapiku , jangan marah padaku . nasihati aku dengan hikmah , karena bagiku kaulah pemimpinku , tak akan berani ku durhaka kepadamu .

Untuk kau yang yang telah memilihku kelak ...

Ingatlah , tak selamanya aku dapat tampak cantik di matamu . ada kalanya aku akan terlihat begitu kusam dan jelek . Mungkin karena aku begitu sibuk bermain di dapur , untuk menyiapkan makan untukmu dan malaikat-malaikat kita nanti , InsyaAllah . Maka, aku akan tampak kotor dan bau asap . 
atau karena seharian ku harus membenahi istana kecil kita , agar kau dan malaikat kita dapat tinggal dengan nyaman dan sehat . Maka mungkin aku tidak sempat berdandan untuk menyambutmu sepulang bekerja .

ataukah kau akan menemukanku terkantuk-kantuk saat mendengar keluham dan ceritamu . tapi itu bukan karena aku tak suka menjadi tempatmu menumpahkan segala rasamu .
tapi semalam saat kau tertidur dengan nyenyak , aku tak sedetikpun tertidur kerana harus menjaga malaikat kecil kita yang sedang rewel , dan ku tau kau letih mengais rezeki untuk kami maka tak ingin ku mengusik sedikit pun lelapmu .
Jadi jika esok pagi kau mendapatiku begitu letih dan ada lingkaran hitam di mataku , maka tetaplah tersenyum padaku , karena kau adalah kekuatan ku !

Padamu yang menjadi nahkoda dalam hidupku kelak ..

Ketahuilah , aku tak sesabar Fatimah .  ada kalanya kau akan menemukanku begitu marah , menangis dan tak terkontrol , bukan karena ku membangkang padamu , tapi aku hanya perempuan biasa ! aku juga butuh tempat untuk menumpahkan beban di hatiku, tempat untuk melepaskan penatku dan mungkin saat itu aku tak menemukanmu , atau kau begitu sibuk dengan pekerjaanmu . maka bersabarlah , yang aku butuhkan hanya pelukmu . karena bagiku kau itu adalah tetesan embun yang mampu memadam segala resahku .


Padamu yang menjadi imam dalam hidupku kelak ...

Ketahuilah, aku tak secerdas Aisyah . Maka jangan pernah bosan mengajariku , membimbingku ke arah-NYA . Jangan segan membangunanku di sepertiga malam untuk bermunajat pada Kekasih yang Maha Kasih . Jangan letih mengingatkanku untuk terus mendulang pahala dalam amalan-amalan sunnah . Bimbing aku ke Surga-NYA agar kau dan aku tetap bersatu di dalamnya .


Padamu yang menjadi kekasih hati dan teman dalam hidupku ...

Seiring berjalanya waktu , kau akan menemukan rambutku yang dulu hitam legam dan indah akan menipis dam memutih . Kulitku yang bersih akan mulai keriput . Tanganku yang halus akan menjadi kasar . Dan kau tak akan menemukanku sebagai wanita cantik , yang kau lamar puluhan tahun yang lalu . bukan wanita muda yang selalu menyenangkan matamu . maka jangan pernah berpaling dariku !

Ketahuilah , Tiap harinya , tiap jam , menit dan detiknya ,telah aku lewati dengan selalu jatuh cinta padamu ! Maka cintailah aku karena-NYA, dengan apa adanya aku ! Jangan berharap aku menjadi wanita sempurna . Maafkan aku , karena aku bukan perempuan luar biasa seperti istri Nabi kita . aku hanya perempuan biasa ...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Blink and Think of BLANK !

Dum…
Dum…
Dum…
My heart poping fast !
Beat…
Beat…
Beat…
My blood burst along the vein !
Tink…
Tink…
Tink…
My brain searching for thought !
Knock…
Knock…
Knock…
My finger tab seriously !
It’s all about what happening now
Driving me insane
For what I would face tomorrow
“keep my finger cross tightly”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Perasaan_

Perasaan...
Mungkin perasaan adalah hal paling absurd yang ada di muka bumi. Perasaan menjadi kamuflase, atau mungkin topeng bagi orang-orang. Atau mungkin perasaan ditutup-tutupi dan dibungkam sehingga mati. Banyak orang hidup tanpa mengerti perasaannya sendiri. Tapi bagaimanapun juga, kita tau perasaan itu ada di sana. Seperti roh yang melayang-layang di dalam tubuh kita, tanpa tahu sesungguhnya di bagian tubuh yang mana yang kita rasakan perasaan itu.

Kadang perasaan itu dituduh pengecut, dituduh tanda kelemahan. Seperti kebanyakan dari kita yang mengganggap perasaan adalah kelemahan. Dan tahukah kawan, aku termasuk orang-orang picik itu. Yang mengganggap bahwa perasaan adalah sumber kelemahan. Seperti sekarang ini. Yang aku tau, aku sedih. Sedih sekali. Tapi tidak bisa diungkap, tidak boleh. Perasaan itu tidak bisa diubah, tapi terasa ada. Seperti yang kurasakan saat ini...

Beberapa kali kucoba untuk mengungkapkan itu, bahkan hanya dalam kepalaku saja. Mencoba menelaah perasaan apa yang sedang kurasakan. Tapi bahkan diriku, logiku, pikiranku menentangnya. Dan dengan keji memendamnya, dibunuh dengan kejam. Seberapapun dicoba, kadang perasaan itu lebih kuat dari pembunuhnya, diriku sendiri.

Seperti ada dua sisi dalam kepalaku, berkali-kali perasaan itu mencoba untuk menyuarakan keberadaannya. Dan lalu si logika dan si ego menentangnya, lalu mereka berkelahi sampai entah siapa yang menang, lebih sering kubiarkan mereka berkelahi sampai aku yang letih dan lalu jatuh tertidur tanpa mimpi. Namun pikiran yang belum ikut tidur.

Tapi terkadang aku begitu berat, karena perkelahian tak kunjung reda. Lalu kadang aku menangis, menangis sejadi-jadinya di kamarku yang kecil. Di sudut yang tertutup tirai-tirai jendela. Aku menangis untuk semua rasa yang tumpah, yang sering kali dan rasanya hampir setiap kali, akupun tidak bisa mengerti perasaan macam apa itu. Dan saat itu baik pikiran, logika, ego ataupun perasaan tidak ada yang menang. Aku memenangkan keduanya, membiarkan tangisku untuk sang perasaan, tapi tidak menerimanya di kepalaku untuk memuaskan logika dan egoku. Maka aku hanya menangis, lalu sekali jatuh tertidur tanpa mimpi.

Tapi siang ini aku mencoba sesuatu yang baru. Hari ini perasaanku berkecamuk, seperti minta diakui bahwa ia ada. Maka siang itu kututup pintu kamarku dan berbaring menatap langit-langit yang penuh lampu warna-warni. Kupastikan tak ada yang datang, kukunci pintu kamar dan aku membiarkan perasaan itu mengambil alih tubuhku. Aku dapat merasakannya keluar, merembas dari atas bagian perutku, ke dada, lalu ke lenganku, lalu ke seluruh tubuh, hingga jari-jariku. Rasanya seperti disuntikkan racun arsenik yang menyebar perlahan ke seluruh tubuh, kehangatannya mengalir dan saat itu aku benar-benar tau dia ada.

Lalu saat racun itu sampai di kepalaku, dipalang angkuh oleh pikiranku. Tapi begitu kuatnya perasaan ini. Sampai bahkan sekali ini logikaku menurut dan menerima. Aku mengakui semuanya. Perasaanku, kesedihanku, ketakutanku, kekecewaanku...rasa syukurku. Kepala dan hatiku berdamai, untuk pertama kalinya mereka saling mengerti dan memberikan definisi-definisi untuk setiap perasaan itu sendiri.

Aku ingat...saat sang logika berkata ‘STOP merasakan. Itu hanya sebuah perasaan yang akan hilang cepat atau lambat. Kamu lemah! sangat lemah! STOP merasakannya. Mana kamu yang kuat selama ini? Apa kini kamu memilih untuk berubah menjadi perempuan lemah tolol yang cengeng?’. Tapi lalu aku mendengar diriku sendiri berkata, sesuatu yang membuat sang logika menerimanya, "Aku ingin dapat menghargai perasaan orang lain, seperti setiap pelajaran moral yang selalu diajarkan. Tapi aku mau menghargai perasaanKU sendiri sebelum aku menghargai milik orang lain. Ini memang memalukan, lemah, tolol. Tapi ini perasaanKU dan aku mau menghargainya."

Maka untuk pertama kalinya aku menangis, menangis karena kali ini aku mengerti mengapa aku menangis. Menangis untuk setiap perasaan yang kurasakan dan aku mengerti. Menangis karena perasaan tak berharga yang kurasakan, menangis karena merasa tak diingini siapapun, menangis karena merasa kesepian, menangis karena merasa tatapan matanya terasa datar untuk aku, menangis untuk merasa tidak dapat mengerti apa yang salah denganku. Dan menangis untuk segala yang kurasakan tentang dia dan dia dan dia yang lain.

Setelah itu perasaan ku mengalah. Lalu ia bergantian dengan logikaku yang mengambil alih untuk tetap berpikir jernih. Mereka berdua berdamai. Membiarkan aku mengambil sedikit waktu merasakan air mata yang mengering di pipiku. Lalu aku tersenyum dan jatuh tertidur tanpa mimpi. Dan percayalah kawan, rasanya jauh lebih ringan daripada yang dapat kupikir dapat kurasakan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Part I : Cinta dan Tulus

Cinta itu seperti bisa ular yang meresap melalui celah-celah hati. Membuat pandangan kabur dan lalu semuanya terasa begitu abstrak. Bahkan aku tidak bisa lagi mendefinisikan kalimat-kalimat itu kedalam kata yang lebih definitif. Semua seperti tertutup kabut. Seperti kabut yang turun dari angkasa, mengambang mengawang-ngawang di atas langit malam kemarin, ingat hari itu? Dingin dan tidak jelas…

Cinta... yang kita perlukan hanya hati untuk merasakan.
Cinta tidak butuh mata, tidak juga butuh telinga...
tapi butuh segenap jiwa untuk mengerti.
Sedangkan aku.. aku bukan pengguna kata cinta. Tidak !!!
Tapi kadang aku tidak dapat berkelit lagi, tidak ada kata lain untuk mengatakannya kan?
cinta.



***


Kadang aku terpaksa harus menjadi mellow-dramatis *sosok yang aku benci* untuk bisa jujur sama yang namanya celoteh. Hahahahah... tapi serius, kemarin aku baru saja merasakan kabut di hubungan aku sama dia (gimana kalau mulai sekarang kita panggil dia Doraemon, karena dia berhubungan banyak dengan Doraemon... sudahlaah.. ikuti saja. Ya?! hahaha).

Berawal dari pikiran-pikiran tentang mantannya. Aku tahu sebenarnya, bahkan awalnya sewaktu aku dan dia dekatpun, aku tau dia masih punya pacar. Jadi hubungan dia dan mantannya ini aku udah tahu. Tapi sesuatu yang baru, yang aku temukan , aku ngerasa jadi 'orang jahat' karena telah menjadi 'katalis' yang mempercepat penghancuran hubungan dia sama mantannya . dan aku paling benci menjadi orang yang menyakiti orang lain .

Mungkin dia masih kontak-kontakan sama mantannya. Dan mungkin aku akan kaget kalo dengar hal seperti itu . Apalagi kalo misalnya mungkin pada kenyataannya dia emang masih sayang sama mantannya ini . Mungkin aku bakal shock dan diem . Kaget sih, tapi gak bete. Itu wajar kan ? Entah kenapa waktu aku tau itu, dan siap ngerasain sakit, bahkan untuk sedetik dua detik, aku sempet berpikir 'ouhh sakit… mana nih sakit? mana nih sakit?'. Eh ternyata rasa sakit itu gak dateng-dateng. Yang tiba-tiba muncul adalah pikiran jernih dan pertanyaan menuding 'emang kenapaaa kalo dia sama mantannya???' . Wow... aku menemukan karakter yang belum pernah aku jumpai sebelumnya dalam diri aku sendiri. RASIONAL !!!

Akhirnya aku memutuskan , yaaa sudahlah... Aku gak akan bisa jadi orang yang ngegantiin 'si dia' di hati pacar aku sendiri. Dan aku juga gak mau... aku memutuskan untuk belajar menjadi seseorang yang bisa mencintai dengan rasional tanpa perasaan posesif yang berlebihan. Salah enggak sih kalau dia sayang orang lain selain aku cewenya ? dan salah gak sih kalau ada orang lain yang sayang sama dia selain aku ? dan keputusannya adalah aku menjawab itu ENGGAK SALAH ! . Aku tau dan gak mau maksain mereka looh, kalau mereka masih saling sayang banget :o

Jadi dengan membesarkan hati, aku ngobrol-ngobrol minta pendapat sama temanku. Awalnya emang agak berat sih, tapi aku benar-benar mencoba untuk tulus dan besar hati. Aku juga gak mau membohongi perasaan aku sendiri... tapi aku mau mendidik perasaan aku untuk gak jadi manusia egois-posesif. Dia itu gak tergantikan, dan aku gak akan maksa masuk buat ngegantiin. Aku pun gak akan berusaha ngegantiin. Pasti mereka berdua sedih kan kehilangan orang yang disayang . Pasti mereka ngerasa kehilangan satu sama lain . Pasti berat looh . 

Beberapa teman aku komentar, wiiih yak, kamu sih gila banget.. gak sakit apa??? Aku jawab dalem hati, Sakit looh sebenarnya . sakit banget malaah. tapi kok kayak aku mau-mau ajaa yaah . abis kalo liaat mereka senang , aku juga pasti senyum kaan. gak kerasa apa-apa looh ! aku cuma mau belajar jadi yang terbaik, mau belajar memahami, mengerti, peduli sama perasaan orang lain. Bukannya itu tujuan aku mau punya pacar, untuk belajar banyak hal tentang hubungan personal dua mahkluk. Dan satu lagi, aku pengen bisa tulus. Bukan hanya sekedar belajar karena aku mau. Tapi benar-benar dari hati. I know it takes a lot to sacrifice thing we love, but believe me its beauty is worth enough to pay the hurts :')

Ternyata pengertian dan ketulusan aku belum cukup. Tapi semua itu emang harus diuji kan? berawal dari bincang-bincang yang aku tahu aku salah memulai perbincangan ini. Entah kenapa, temen aku mulai berspekulasi aneh-aneh , ia mengatakan sesuatu yang intinya memberitahu aku bahwa mungkinaku cuma pelarian saja . Dia sedang jadi 'alone ranger' patah hati ketika aku datang dan membawakan sesuatu yang dia butuhkan . hmm.. serius, kali ini sakit !!! sumpaaah sakit banget . sh*t . aku gak bisa nyangkal looh omongan dia , toh bisa aja itu bener kaan ...

Aku cuma mikir malem itu, mungkin kah aku harus ngelepasin dia (mumpung belom jauh) dan kembali di titik kita jadi sahabat, berhenti jadi 'alone ranger'. nanti kalo udah selesai , aku mungkin bisa dateng lagi tapi bukan jadi pelarian. Karena kalau emang aku hanya pelarian dan basic hubungan ini hanya sekedar pelarian dan kebohongan , buat apa dipertahankan.  hanya akan nyakitin nantinya kalau udah jauh dan harus berhenti. Aku gak mau nyakitin orang ! aku gak takut disakitin orang ! tapi aku takut nyakitin orang lain ...

Terus aku digugat oleh diri aku sendiri. Hah?? mana?? katanya mau belajar mengerti, memahami, komitmen? kok berenti sampe sini?? arrrgh... kram otak.

Tapi setelah berbicara dengan beberapa orang, dari sahabat sampai saudara-saudara aku tercinta. Akhirnya aku mendapatkan sedikit pencerahan dan langkah-langkah yang harus dilakukan :

Pertama, tanyain laaaah ke dia langsung. Yaudah.. aku tanyain deh.. tapi seperti yang aku bahas ke sahabat aku.. Apa juga pointnya dari aku menanyakan hal ini? apa jawaban yang aku mau? jawaban yang aku cari? Aku BUKAN pelarian?? Itu gak akan membuat aku puas dan lega kan..Tapi toh aku tanyakan juga dengan basa-basi jungkir balik. Dan aku pun gak bisa mendapatkan jawaban apapun dari dia...

Kedua, aku mencoba untuk berpikir jernih. Andaikan aku pelarian.. dan seperti yang aku bilang di awal, semuanya terlalu berkabut.. gak keliatan.. tapi ada satu hal yang bisa dengan jelas aku rasakan. Aku bisa ngerasain usaha pacar aku untuk sayang sama aku.. dan kerasa kok sayangnya tuh bertambah dari hari ke hari.. Kalaupun detik ini belum seratus persen, aku percaya dan ngerasain kalau tiap detik sayangnya bertambah sepersekian persen misalnya, tapi yang jelas itu tumbuh. Dan aku menghargai sekali usaha dia.. seperti yang aku bilang, aku gak mau membuat dia berhenti sayang dengan siapa pun yang dia sayang sebelumnya.. aku gak mau mengubah apapun dalam hidupnya, aku hanya mau menambah banyak hal dalam hidupnya !

Dan lalu aku ngobrol sama salah seorang sahabat aku.. dia bilang sebuah statement yang agak berbeda dengan pendapat sahabat-sahabat aku yang lain. Kalau yang lain cenderung meyakinkan aku kalau itu gak bener, aku bukan pelarian dan blablabla.. dia bilang begini : " yak, kamu mungkin emang pelariannya dia.. tapi kamu juga tau, dia memang butuh pegangan, kalo emang bener ceritanya pegangannya ilang waktu mantannya pergi. Nah sekarang.. tinggal di kamu.. ikhlas gak jadi pegangan orang yang kamu sayang? Sayang gak sih sama dia?"

Wedew, aku jadi mikir nih.. waaaaah.. ini bicara ketulusan dan keikhlasan hati. Ribet daaah.. ukurannya sesuatu yang tak terukur. Tapi begini, yang mau aku katakan adalah... aku mencoba untuk belajar, dan seperti yang mama bilang, akan banyak hal yang bisa dipelajari disini, dihubungan kakak sama dia.. banyaaaaaak sekali. Disini juga aku bisa membentuk hati dan perasaan.. Mendidik diri aku sendiri untuk tidak menjadi egois.

Dan akhirnya sampailah aku di sebuah kesimpulan. Okei, aku  terima konsekuensinya, aku tulus jadi pegangannya dia… whatever aku pelariannya apa bukan, aku mau belajar mencintai dengan dewasa. Dan lagipula, aku selalu menganggap.. Dia itu adalah hadiah dari ALLAH SWT. Dan aku merasa, ALLAH SWT mencintai aku lebih dekat lewat dia.. (yaaa enggak segitu mellownya...). Karena aku percaya cinta itu anugerah, dan dia telah dianugerahkan.

Jadi ya.. aku memutuskan.. di luar konteks aku pelariannya atau siapanya lah. Aku GAK mau peduli lagi, aku mau balas mencintai apa yang ALLAH SWT kasih ke aku looh , dengan belajar mencintai hadiah dari ALLAH SWT dengan adil dan tulus. Fair enough kan?? Jadi sekarang kita bicara tentang mencintai, bukan dicintai. Dan itu pelajaran tersulit, gimana caranya kita tulus mencintai ,tanpa mikirin DIcintai...




cheers, 

USM :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments