Si Merah , APM :)
Cinta. Cinta adalah perjalanan, cinta adalah pengalaman, dan cinta adalah kumpulan potongan rasa yang dikumpulkan setiap orang dalam piguranya. Tidak ada yang sama, karena mata setiap orang berbeda dan setiap perjalanan cinta yang dilalui seseorang pun berliku berbeda pada setiap insannya.
Mungkin ini bukanlah tulisan paling autentik tentang cinta yang pernah aku buat. Bukan pula hasil hati yang baru-baru ini aku rasakan, seperti tulisan-tulisan biasanya. Mungkin ini salah satu tulisan evaluasi aku akan perjalanan cintaku sejauh ini. Tidak dengan emosi yang membuncah-buncah, luka-luka menghambur anyir atau tidak juga dengan bunga-bungaan bertebaran. Tapi semoga tulisan di bawah ini ditulis dengan pikiran jernih, dengan keikhlasan melihat luka-luka yang sudah kering, dan dengan rasa syukur akan hari ini yang indah.
Jingga...
Seperti semua anak yang pernah untuk pertama kalinya mengucapkan satu, dua, tiga. Selalu ada awal untuk segalanya…
Si Merah menyala di siang hari yang terik, sehabis berpeluh di jalanan seharian. Beberapa kali ia berpapasan denganku sepanjang hari ini, namun namanya saja belum kudapat. Ia cantik menyatu dengan merahnya jalan, merahnya pasukan merahku, merahnya semangat yang kuingat hari itu.
“Hei, aku Jingga” sembari memberi tangan
“Aku Merah,” sahutnya dengan senyum bulan sabit, jelas kelelahan seharian.
Dan bermula dari bincang-bincang ramah yang tercecer sepanjang jalanan Tapaktuan hingga Lhokseumawe, setelahnya ia menjadi bukit pertama yang kutapaki, dalam perjalananku berkenalan dan mencari tahu apa arti kata sakral itu.
Mungkin aku sudah lupa bagaimana matanya menatapku saat ia berlutut meniru adegan romantis di film-film, pulangnya kami bergandengan. Aku sudah lupa pula bagaimana rasa berbunga-bunga yang lahir di dadaku dan kupu-kupu yang menggeliat di dalam perutku. Tapi yang aku tahu, dimulai dari hari itu, aku memulai perjalananku. Sang Dewa menawarkan tangannya padaku, mengajakku melihat nilai-nilai lain dari kehidupan, Cinta Warna Merah Muda.
Dari perjalanan itu aku belajar banyak hal, mengalami ratusan pengalaman manis dan juga penuh air mata. Seperti ketika ia muncul dari balik pintu mobilnya hanya untuk mengantarkanku pulang les, ketika ia mencuri sebuah catatan kecil ketika mendung sore menyergap, atau ketika pertengkaran-pertengkaran jarak jauh yang diselesaikan dengan ajakan makan siang dan jalan-jalan geje. Atau ketika aku lebih senang sibuk dengan teman-teman mayaku, main api dengan seseorang yang belum pernah kulihat wajahnya, dan akhirnya Si Merah pun berlalu, menyadari kalau kami tidak bisa melanjutkan perjalanan berdua.
Ia memilih untuk tidak pergi begitu saja, ia menitahku sampai aku mampu berjalan sendirian lagi. Darinya aku belajar untuk menghargai lawan kasih, untuk tidak menyepelekan perasaan sekecil apapun adanya, belajar bahwa kesetiaan adalah nilai mahal yang harus dipertahankan, dijaga dan terus dibuai. Darinya aku tahu bahwa cinta adalah pengertian, cinta bukanlah musuh yang harus dibenci, cinta bukanlah momok yang pasti menyakiti. Ketika kita membuka diri untuk dicintai, untuk merasakan manisnya rasa cinta, kita juga harus siap untuk menyesap pahitnya, untuk menangis saat durinya tak sengaja menyusup ke jari telunjuk, dan untuk melepaskan cinta ketika kita menyadari titik akhir perjalanan bersamanya.
Sebuah pelajaran penting pun kutemukan dari perjalananku bersamanya. Bahwa setelah kita tidak lagi berjalan bergandengan bersama, kita harus tetap dapat berdampingan dalam simpang-simpang hidup yang mempertemukan kita kembali dengannya. Belajar mengesampingkan luka yang masih setengah kering untuk dapat berdiskusi satu meja, menyimpan rasa-rasa personal dan menukarnya dengan kepala jernih penuh ide untuk bumi. Aku berkawan dengan Si Merah, kadang berbagi kisah, kadang berbagi rasa, saling menontoni kehidupan masing-masing yang telah berbeda dari jendela-jendela virtual.
Aku ingat pertemuan terakhir kali dengannyaa sebelum aku meninggalkan kota tanah rencong itu, beberapa hari sebelum aku terbang ke tanah baru ini.
“Kalau kamu jadi orang hebat nanti, aku akan jadi salah satu orang yang bahagia karena kamu pernah menjadi salah satu bagian dari hidupku”








0 komentar:
Posting Komentar